Masih ingat gol-gol khas Thiery Henry saat masih berkostum Arsenal ?
bergerak cepat dengan bola dari sayap kiri, cut
inside ke arah kotak penalti, kemudian diakhiri dengan mengirim
tendangan melengkung ke arah tiang jauh gawang lawan ?. Dewasa ini begitu
sering kita melihat hal serupa dilakukan oleh Arjen Robben di Bayern Munchen,
Angel Di Maria di Real Madrid, ataupun Ashley Young di Manchester United.
Bahkan tidak hanya di level sepakbola tertinggi, seringkali saat melihat
cuplikan-cuplikan gol indah di televisi ataupun di youtube, gol-gol seperti ini
diciptakan oleh pemain dari klub medioker. Lantas, apa yang melatarbelakangi maraknya
fenomena gol "ala Henry" tersebut ? Yuk, kita analisis.
TREND POLA
4-3-3 DAN 4-2-3-1
Coba anda
perhatikan, dewasa ini banyak tim-tim di Eropa yang menggunakan pattern formasi
4-3-3 ataupun 4-2-3-1. Pertanyaan-nya,tim mana yang menjadi "role
model" pola tersebut ? Siapa lagi klo bukan Barcelona!. Sejak era Frank
Rijkaard, Barca menjadi salah satu dari sedikit tim yang menerapkan pola 4-3-3
di tengah trend sepakbola yang saat itu didominasi oleh tim-tim pengusung pola
konvensional 4-4-2. Titik balik ngetrend-nya
pola ini adalah saat Barca berhasil menjuarai Liga Champion musim 2005-06. Saat
itu trio serangan Barca diisi Ronaldinho-Eto'o-Giuly. Pattern yang mengandalkan
3 striker "free role" ini
berlanjut ke era Pep Guardiola dan sukses!. Kesuksesan Barca menguasai
persepakbolaan Eropa bahkan dunia selama 5 tahun terakhir tidak lepas dari
keampuhan pola 4-3-3 ini, selain tentunya falsafah "tiki-taka" yang
sudah mendarah daging di klub tersebut. Pola 4-3-3 kemudian mulai banyak diikuti
oleh tim-tim Eropa lain dengan berbagai variasinya seperti 4-3-2-1 ataupun
4-2-3-1. Ciri khas dari pola 4-3-3 terletak pada pergerakan 2 penyerang yang
melebar di sisi sayap atau biasa disebut dengan wing forward. Beberapa musim
terakhir trisula maut Barca diisi oleh Villa-Messi-Pedro ataupun
Pedro-Messi-Alexis.
CUT INSIDE WING
FORWARD
Sadar atau
tidak, era sepakbola modern membuat tim-tim kini banyak mengandalkan pemain
dengan tipe "Cut Inside Wing
Forward" atau penyerang sayap yang doyan
memotong ke area dalam kotak penalti. Sebutlah Bayern Munchen yang kerap
menggunakan pola 4-2-3-1 dengan menempatkan Frank Ribery (right-footed) di sisi
kiri penyerangan dan Arjen Robben (left-footed) di sisi kanan. Real Madrid
dengan pola serupa juga begitu tergantung pada sosok Ronaldo (right-footed) di
sisi kiri dan Angel di Maria (left-footed) di sisi kanan. Beberapa tim lain juga
kerap mengadaptasi gaya bermain serupa : Milan sering menempatkan Cassano/Robinho
yang notabene right-footed, di sisi kiri. Manchester United dengan Young/Nani
(right-footed) di sisi kiri. Arsenal punya Arshavin/Gervinho (right-footed) di sisi kiri. Dan tentunya sang "founder" Barcelona
yang masih setia mengandalkan pola 4-3-3 dengan pergerakan Pedro/Villa
(right-footed) di kiri dan Messi (left-footed) di kanan, meski tak jarang ia
ditempatkan sebagai penyerang tengah.
Lantas apa
hubungan gol "ala Henry" dengan fenomea Wing Forward tadi ?. Jelas
ada. Pola 4-3-3/4-2-3-1 yang sedang marak digunakan oleh tim-tim Eropa
mengharuskan mereka memiliki paling tidak 1 orang pemain dengan karakteristik :
cepat, skillful dan "doyan"
memotong ke dalam. Gaya bermain yang begitu fasih diterapkan oleh Robben di
sisi kanan Bayern Munchen ini memungkinkan pemain-pemain sayap bergerak ke arah
tengah/dalam mendekati kotak penalti, kemudian mencetak gol "ala
Henry" tadi. Gaya bermain yang jarang ditemui di era 4-4-2 yang banyak
mengandalkan Early Cross Winger atau
pemain sayap murni. Umumnya pola 4-4-2 secara konvensional memainkan pemain right-footed di sayap kanan dan pemain left-footed di sisi kiri, untuk
memudahkan pemain sayap melakukan fungsi aslinya yakni : mengirim umpan silang.
Munculnya fenomena Cut Inside Wing
Forward ini tentunya memperkaya keindahan sepakbola karena tidak jarang
gol-gol indah lahir dari para pelakunya. Negatifnya ? Pemain sayap zaman
sekarang menjadi makin "SERAKAH" !.:)